Sabtu, 10 Maret 2012



image
 Kirab Rebo Wekasan
Hujan tak menjadi penghalang sekitar 70 group peserta kirab Rebo Wekasan di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Selasa (17/1) siang. Dilepas oleh Camat Mejobo Drs Mundir pukul 14.00 di bawah derasnya air hujan, peserta kirab tetap semangat melangkahkan kaki dengan aneka dandanan yang mengundang senyum masyarakat yang menonton di sepanjang jalan yang dilewati.
Beberapa kelompok berdandan dengan mengangkat tema tokoh lokal, seperti Ndoro Ali (Sayyid Ali) dan Arya Penangsang. Sembilan penunggang kuda yang mengangkat sosok Walisanga menjadi salah satu tontonan tersendiri yang cukup menyitas perhatian. Mereka menunggang kuda, lengkap dengan jubahnya.
Peserta kirab yang tak kurang dari 2.500 peserta dari berbagai elemen, seperti anak sekolah, IPNU, Fatayat, komunitas pemancing Karangrowo, dan kelompok masyarakat yang mengangkat kerajinan sebagai tema dalam kirab. Sementara di bagian depan, gunungan diiring oleh para 'pengawal' dengan menggunakan pakaian prajurit keraton tempo dulu.
''Peserta kirab sekitar 70 group yang terdiri dari 2.500 orang. Kirab berakhir di halaman masjid Al-Makmur,'' ujar Ngusman, salah satu panitia tradisi Rebo Wekasan yang memandu jalannya kirab.

Rasa Lokal

Sekitar pukul 15.00, masyarakat memadati jalanan sepanjang 2 kilometer yang dilalui peserta kirab, karena hujan mulai reda. Terlebih lagi, beberapa group peserta kirab menampilkan atraksi yang cukup menarik. Ada Reog Ponorogo, dan juga jaranan.
Di luar berbagai atraksi yang ditampilkan peserta kirab, ada juga properti-properti kirab yang cukup unik. Di antaranya yaitu tambir bambu ukuran raksasa yang berdiameter empat meter dan kaus raksasa. Di group-group menjelang penghabisan, terdapat pula para pedagang kerajinan seperti ekrak, kalo, besek, kepang, tumbu, dan caping, yang semuanya terbuat dari bambu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Hadi Sucipto SE MM melalui Kasi Promosi Wisata Mutrikah SH mengungkapkan, kegiatan kirab seperti Rebo Wekasan ini dalam rangka mengemas tradisi yang sudah berlangsung masyarakat secara turun temurun lebih bernilai.
''Kirab ini adalah dalam rangka membangun pembangunan berbasis wisata di berbagai desa yang potensial dan memiliki tradisi. Harapannya, tradisi bisa di-uri-uri dan ada dampak positif bagi pengembangan wisata dan ekonomi di sisi yang lain,'' katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar