Sabtu, 11 Februari 2012


TEATER BOCAH
Kang agun SMPN 2 Grogol KAB.KEDIRI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup.
Selain itu, seni drama / teater juga telah menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang profesionalitas agar dapat berkembang terus.
Drama anak merupakan sutu bentuk drama yang lakonnya adalah anak-anak. Karena konteks yang akan kami bahas adalah drama anak maka sebagian dalam makalah kami akan membahas drama anak tersebut.
Berdasarkan ulasan di atas, maka penyusun membuat makalah ini guna membantu para pembaca mengerti tentang drama. Selain tentang pengertian dan macam-macam drama, makalah ini juga memuat tentang ketoprak, dan juga manfaat drama. Maka penyusun membuat makalah dengan judul “Drama Anak: Drama Komedi, Ketoprak, dan Drama Modern”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
  1. Apa pengertian drama?
  2. Apa pengertian drama anak?
  3. Apa pengertian drama komedi?
  4. Apa pengertian ketoprak?
  5. Apa pengertian drama modern?
  6. Apa saja unsur-unsur yang terdapat drama?
  7. Apa manfaat drama?

C.    Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas maka didapatkan tujuan penulisan sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui pengertian drama.
  2. Untuk mengetahui pengertian drama anak.
  3. Untuk mengetahui pengertian drama komedi.
  4. Untuk mengetahui pengertian ketoprak.
  5. Untuk mengetahui pengertian drama modern.
  6. Untuk mengetahui unusur-unsur yang terdapat dalam drama.
  7. Untuk mengetahui manfaat drama.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Drama
Drama bermula dari sebuah pengalaman hidup yang diapresiasikan ke dalam bentuk pesan moral kepada penonton. Drama (Yunani Kuno δρᾶμα) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan".
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.
Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak.
Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sebutan lain dari drama yaitu sandiwara. Dimana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian.
Di Indonesia, pertunjukan sejenis drama mempunyai istilah yang bermacam-macam. Seperti: Wayang orang, ketoprak, ludruk (di Jawa Tengah dan Jawa Timur), lenong (Betawi), randai (minang), reog (Jawa Barat), rangda (Bali) dan sebagainya.
Selainkan diperankan oleh orang dewasa, drama juga bisa diperankan oleh anak-anak. Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh pelakunya adalah anak-anak. Misalnya: opera anak (trans7), ketoprak anak, dll.

B.     Drama Komedi
Komedi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sandiwara ringan yang penuh dengan kelucuan meskipun kadang-kadang kelucuan itu bersifat menyindir dan berakhir dengan bahagia.
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan. Dalam drama jenis ini pemain-pemain sengaja menimbulkan kelucuan agar penonton dapat terhibur dan tertawa.
Banyak komedi berisi variasi pada elemen kejutan, ketidak pantasan, konflik, repetitiveness, dan pengaruh harapan berlawanan , tetapi ada banyak diakui genre dari komedi. Satir dan sindiran politik menggunakan komedi ironis untuk menggambarkan orang-orang atau lembaga sosial sebagai konyol atau korup, sehingga mengasingkan penonton mereka dari obyek humor.
Satir adalah jenis komedi. Parody meminjam bentuk beberapa genre populer, karya seni , atau teks tetapi menggunakan tertentu ironis perubahan kritik yang terbentuk dari dalam (walaupun belum tentu dengan cara mengutuk). komedi sinting humor yang sebagian besar berasal dari aneh, mengejutkan (dan tidak mungkin) situasi atau karakter. Black komedi didefinisikan oleh humor gelap yang membuat cahaya gelap atau yang disebut jahat unsur di alam manusia. Demikian pula scatological humor , humor seksual, dan humor ras membuat komedi dengan melanggar konvensi sosial atau tabu dengan cara komik.
Macam-macam drama komedi :
1.      Komedi Situasi
Cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain, melainkan karena situasinya. Contoh drama anaknya antara lain: Kecil-Kecil Jadi Manten, Si Kabayan, Anak Ajaib.
2.      Komedi Slapstic
Cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya. Misalnya, saat di kelas terjadi kegaduhan karena sang guru belum datang. Kemudian teman yang “culun” digoda teman yang lain dengan menulisi pipinya menggunakan spidol. Contoh film komedi slapstic ini di antaranya The Mask dan Tarzan. Contoh drama anaknya: opera anak (trans7).
3.      Komedi Satire
Cerita lucu yang penuh sindiran tajam. Beberapa film yang termasuk jenis ini adalah Om Pasikom dan Semua Gara-Gara Ginah. Sementara contoh sinetronnya adalah Wong Cilik.
4.      Komedi Farce
Cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu. Beberapa tayangan televisi yang termasuk jenis ini adalah Srimulat, Toples, Ba-sho, Ngelaba, dan lain sebagainya.
5.      Komedi Tata Krama
Sebuah komedi tata krama biasanya mengambil sebagai subjek bagian tertentu dari masyarakat (biasanya masyarakat kelas atas) dan menggunakan humor untuk parodi atau menyindir perilaku dan tingkah laku anggotanya.
6.      Komedi Romantis
Komedi romantis adalah genre populer yang menggambarkan asmara berkembang dalam hal lucu, dan berfokus pada kelemahan orang-orang yang sedang jatuh cinta.

C.    Ketoprak
A.    Pengertian Ketoprak
Ketoprak adalah merupakan seni pertunjukan rakyat tradisional yang sangat terkenal, khususnya di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY. Seni pertunjukan kethoprak lahir sekitar permulaan abad 20 di Klaten, Jawa Tengah.
Beberapa informasi tentang arti Ketoprak dalam bukunya Seni Pertunjukan Tradisional. Yaitu :
1.      Tulisan Kuswadji Kawindrasusanta yang disampaikan pada Lokakarya Kethoprak
Tahap I tanggal 17 sampai 9 Februari 1974 di Yogyakarta, menyatakan bahwa kata kethoprak berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak.
2.      Serat Pustaka Raja Purwa jilid II tulisan pujangga R. Ng. Rangga warsita dalam bukunya Kolfbunning tahun 1923 menyatakan :Tetabuhan ingkang nama kethoprak tegesipun kothekan.
ini berarti kethoprak berasal dari bunyi prak, walaupun awalnya bermula dari alat bernama tiprak. Dan juga kethoprak berasal dari kothekan atau gejogan. Alat bunyi-bunyian yang berupa lesung oleh pencipta kethoprak ditambah kendang dan seruling.

Awalnya kethoprak dalam permainannya, selain juga menari, semuanya diberi bingkai yang sederhana, misalnya seorang istri mengirim makanan dan minuman untuk suaminya yang sedang bekerja disawah, gadis desa yang beramai-ramai menuai padi, dan sebagainya. Semuanya gerak diekspresikan melalui tari yang sangat sederhana. Pada saat itu alat pengiringnya adalah lesung. Oleh karena itu kesenian kethoprak pada mulanya adalah kethoprak lesung.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kethoprak adalah seni pertunjukan teater atau drama yang sederhana yang meliputi unsur tradisi jawa, baik struktur lakon, dialog, busana rias, maupun bunyi-bunyian musik tradisional yang dipertunjukan oleh rakyat.
Dalam seni kethoprak ada beberapa hal yang ditemukan meliputi :
1.      Lakon
Lakon dalam seni pertunjukan kethoprak adalah susunan peran dengan pola perwatakan yang permainannya, pembabakan dan pengadegan serta aspek-aspek lain yang bersangkutan dengan kebutuhan lakon, baik yang tertulis secara rinci maupun tidak berdasarkan cerita. Kadang-kadang dialog dalam susunan lakon ketoprak ditulis secara rinci, tetapi juga ada yang tertulis hanya garis besarnya.
2.      Pemain
Pemain adalah orang-orang yang membawakan peran-peran dalam lakon
3.      Dialog
Dialog adalah percakapan antar pemain sebagai salah satu bentuk permainannya.
4.      Akting
Akting adalah bentuk-bentuk dan sikap-sikap pemain ketika membawakan atau peran.
5.      Bloking
Bloking adalah posisi pemain ketika bermain dalam pementasan.
6.      Rias
Rias adalah coretan-coretan, baik pada muka pemain-pemain maupun pada anggota badan mereka, termasuk penataan rambut.
7.      Bunyi-bunyian
Bunyi-bunyian adalah suara-suara instrumental dan vocal, baik sebagai pengiring maupun ilustrasi babak, adegan maupun tekanan-tekanan gerak tertentu para pemain.
8.      Tradisi
Tradisi adalah ketentuan-ketentuan yang sudah menjadi kebiasaan. Tradisi dalam kethoprak terutama tradisi jawa yang mencangkup bahasa, acting, bloking, busana, rias, setting, property, dan lain-lainnya.

2.      Asal Mula Ketoprak
Ketoprak mempunyai banyak versi. Kethoprak adalah satu dari puluhan kesenian tradisional yang masih dapat bertahan hingga sekarang. Kesenian ini lahir sekitar tahun 1920 di Solo, namun mencapai puncaknya di Jogja sekitar tahun 1950an.
Beberapa sumber tentang asal mula kethoprak dalam buku Handung Kus Sudyarsana (1989:9)
1.      Hasil penelitian Bagian bagian Kesenian Jawatan Kebudayaan Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia, menyatakan bahwa Kethoprak lahir di Surakarta pada tahun 1908, yang diciptakan oleh Raden Mas Tumenggung Wreksodiningrat. Pada awal tahun 1908 Raden Mas Tumenggung Wreksodiningrat emngadakan latihan kethoprak. Dalam latihannya beliau menggunakan alat tetabuhan, seperti lesung, sebuah terbang (rebana), sebuah seruling. Pemainnya terdiri dari Mbok gendro alias Nyi Badur dan ki wisangkoro. Nama gending-gendingnya megamendung, kupu tarung, menyusul kemudian gending trim, bak-bak, simah-simah, bluluk Tiba, dan Randha Ngangsu. Lakon yang dibawakan menceritakan tentang seorang petani yang sedang mencangkul di sawah di susul istrinya dengan membawakan makanan. Pakaian yang digunakan adalah pakaian sehari-hari para petani. Alat yang di bawa saat adegan adalah cangkul (pacul dalam bahasa jawa) dan tenggok ( tempat yang biasanya digunakan untuk jamu gendhong), yang penampilannya dilakukan dengan menari. Kadang-kadang menarinya dilebih-lebihkan hingga lucu. Maka dari itu banyak penonton menyebut sebagai penonton badutan. Dialog yang digunakan adalah dalam bentuk nyanyian atau tembang (dalam bahasa jawa).
2.      Dalam buku jawa dan Bali dua Pusat Perkembangan Drama Tradisionil Zdi Indonesia, tulisan Sudarsono 1972 menyebutkan antara lain :
“Kethoprak merupakan tarian rakyat yang belum begitu tua usiannya, kethoprak merupakan drama tari kerakyatan yang sesungguhnya, diciptakan oleh Raden Mas Tumenggung Wreksodiningrat dari surakarta tahun 1914.”
3.      Dalam buku Ensiklopedia Umum, terbitan Kanisius, 1973 hlm.669 menerangkan :
Kethoprak, sandiwara rakyat khas Jawa Tengah, waktu lahirnya, siapa penciptanya tidak dapat dinyatakan secara pasti. Cerita-ceritanya diambil dari dunia kaum tani dengan maksud memajukan pertanian, juga cerita-cerita sejarah. Pakaian pelakunya sangat sederhana, celana hitam sampai lutut (tapak belo), baju kurung dan kain kepala. Gamelannya terdiri atas lesung (alat penumbuk padi), kendang, rebana dan “Keprak”, yang diselingi bunyi pukulan lesung sehingga disebut kethoprak.
Ada yang menerangkan bKethoprak lahir lebih kurang pada tahun 1887 di suatu desa bagian selatan Yogyakarta dan berupa pertunjukan yang dimainkan oleh anak-anak pada terang bulan dengan iringan bunyi-bunyian lesung dan benda-benda bersuara lainnya yang dapat ditemukan. Kemudian diteruskan oleh orang-orang dewasa yang membawakan cerita simbolis dan berlatar belakang kehidupan kaum petani.
4.      Menurut Serat Pustaka Raja Purwa, lepas dari persoalan tempat lahir dan penciptanya, kethoprak benar-benar tumbuh dari rakyat dan untuk rakyat yang sebagian besar hidup dari pertanian. Dengan iringan lesung, seruling, keprak.
Dari beberapa pendapat di atas menurut penulis kethoprak masih belum jelas dimana, kapan, dan siapa yang menciptakannya. Menurut penelitian bahwa almarhum Raden Mas Tumenggung yang menciptakan pertama kali di surakarta (solo) dari hasil wawancara dari berbagai pihak masyarakat disana. Akan tetapi, kethoprak pada mulanya adalah dari para petani yang mengekspresikan kehidupan sehari-harinya dalam bentuk tarian dan nyanyian dengan iringan musik lesung dan keprak. Ini berarti bisa saja yang pertama kali menciptakan kesenian tradisional kethoprak adalah para petani itu sendiri dan dikembangkan oleh RMT Wreksodiningrat ke kota hingga sekarang.
Dalam Lokakarya kethoprak Tahap Ke-1 tahun 1974 di Yogyakarta yang diselenggarakan Bidang kesenian Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi DIY, telah disepakati periodisasi sebagai berikut :
1.      Tahun 1887-1925 periode Kethoprak Lesung, dengan ciri-ciri :
a.       Tetabuhan lesung
b.      Tari
c.       Nyanyian atau tembang
d.      Cerita
e.       Pakaian
2.      Tahun 1925-1927 periode Kethoprak Peralihan, dengan cirri-ciri :
a.       Tetabuhan campur (lesung, rebana, alat musik)
b.      Tari
c.       Nyanyian atau tembang
d.      Cerita
e.       Pakaian
f.       Rias
3.      Tahun 1927- sekarang periode Kethoprak Gamelan, dengan cirri-ciri :
a.       Tetabuhan gamelan
b.      Cerita
c.       Nyanyian atau tembang
d.      Pakaian
e.       Rias
Periodisasi berdasarkan ciri-ciri Kethoprak tersebut masih belum jelas dan masih membutuhkan penelitian. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan tentang periodisasi tersebut :
1.      Periode Kethoprak Lesung
Periode ini lahir sekitar tahun 1887-1925 dengan menggunakan alat tetabuhan yang disebut lesung yaitu alat penumbuk padi yang terbuat dari kayu nangka atau jati. Di dalam perkembangannya ditambahkan alat bunyi-bunyi lain seperti potongan-potongan bamboo yang disebut kotekan.
Kethoprak lesung ini adalah permainan para petani yang biasanya dilakukan pada malam hari saat terang bulan dan bernyanyi dengan iringan bunyi lesung dipukuli. Kemudian mereka kembangkan dengan beberapa penyanyi dengan menari dan membawa cerita tentang kehidupan para petani. Bentuk dialog yang di gunakan ada dua macam, yaitu tembang dan gancaran. Pakaian yang digunakan sangat sederhana. Kethoprak lesung berfungsi sebagai hiburan saja.
2.      Periode Kethoprak Peralihan
Pada periode ini kethoprak beralih dari tetabuhan lesung ke tetabuhan campur. Yaitu alat musik yang digunakan sudah bertambah yang semula hanya instrument lesung sekarang ditambah dengan rebana dan biola. Lagu yang digunakan seperti pucung, mijil, dan lain-lain.
Pementasannya semakin bervariasi dengan berbagai dan tingkatan. Ceritanya beragam, seperti menceritakan cerita rakyat daerah jawa Tengah. Pakaian yang digunakan bertambah satu jenis. Selain menggunakan pakaian jawa juga menggunakan busana kethoprak yang sering disebut stambulan atau mesiran. Pementasannya semakin atraktif. Masih bertujuan sebagai hiburan.
3.      Periode Kethoprak Gamelan
Pada periode ini kethoprak sudah tidak menggunakan instrument-instrument campur seperti pada kethoprak peralihan. Tetapi sudah menggunakan gamelan nada slendro dan pelog dan keprak. Cerita kethoprak pada periode ketiga tidak hanya cerita rakyat bahkan cerita-cerita ragam babad, sejarah, panji bahkan cerita-cerita luar negeri.
Perkembangan cerita kethoprak makin diperkaya sebagai cerita fiktif, bahkan masih berbentuk naskah. Sebagian juga menggunakan latar belakang babad dan sejarah. Bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa tingkat karma(halus), karma madya (sedang), ngoko (kasar) dan karma desa (halus untuk orang desa). Gending-gending yang digunakan semakin bervariasi.

3.      Peran dan fungsi kesenian tradisional Ketoprak dalam kehidupan masyarakat
Dari uraian mengenai sejarah kethoprak. Peranan dan fungsi Kethoprak dalam kehidupan masyarakat, menyebabkan Kethoprak tetap hidup dan berkembang sesuai dengan zamannya. Seni pertunjukan Kethoprak merupakan sarana komunikasi maupun informasi yang tradisional dalam penyampaiannya dalam masyarakat. Mengutip pendapat dari Ismaun dan Martono (1989/1990:75) dalam bukunya Drs. Sujarno mengatakan bahwa pada dasarnya seni pertunjukan tradisional secara umum mempunyai empat fungsi utama yaitu :
1.      Fungsi sarana upacara
2.      Fungsi hiburan pribadi atau tontonan
3.      Fungsi pendidikan sebagai media tuntunan
4.      Fungsi sebagai media kritik social
Berdasarkan atas fungsi diatas, seni pertunjukan kethoprak mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat sebagai berikut :
1.      Kethoprak sebagai fungsi ritual
Pada awalnya tumbuhnya seni tradisi bermula dari adanya keperluan-keperluan ritual. Seni yang dimunculkan biasanya dianalogikan dalam suatu gerak, suatu, ataupun tindakan-tindakan tertentu dalam suatu upacara ritual. Kesenian pertunjukan tradisional Kethoprak berfungsi sebagai ritual yaitu sebagai salah satu prasyarat dalam sebuah acara.
Kethoprak masih banyak ditampilkan untuk upacara-upacara ritual. Untuk memenuhi fungsi ritual ini,seni pertunjukan yang ditampilkan biasanya masih berpijak kepada aturan-aturan tradisi yang berlaku. Seperti untuk pementasan kethoprak sebelum pertunjukan dimulai dilengkapi dengan beberapa sesaji yang harus dipenuhi.
2.      Kethoprak sebagai fungsi pendidikan
Kethoprak adalah salah satu seni pertunjukan tradisional yang berfungsi sebagai media pendidikan atau sebagai tuntunan bagi para penonton yang menikmatinya. Di dalam setiap pementasan seni pertunjukan tradisional Kethoprak, pada intinya para seniman yang melakukannya mempunyai misi yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Misi yang akan disampaikan itu bisa melalui dialog drama ketoprak ataupun melalui gerakan apabila itu berupa tarian.
Sebagai media pendidikan melalui transformasi nilai-nilai budaya yang ada di dalam seni pertunjukan kethoprak tersebut, maka para seniman betul-betul dituntut dapat berperan semaksimal mungkin atas peran yang didapatnya. Kethoprak sebagai media pendidikan sebenarnya sudah terkandung pada hakekat seni pertunjukan kethoprak itu sendiri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya, serta ceritanya yang secara utuh.
Di dalam pementasan kethoprak biasanya tidak jauh berbeda dengan lakon-lakon wayang kulit maupun wayang orang. Hanya ditangan sutradaralah yang kadang-kadang diberi tambahan ataupun tergantungpada kreativitas sang sutradara. Sutradara yang jeli akan perkembangan zaman maupun kondisi lingkungan akan menambah atau memberikan nuansa yang berbeda, agar kethoprak yang dibinanya menjadi tontonan yang menarik.
Di dalam dialog-dialognya seni pertunjukan ketoprak juga banyak mengandung nilai fungsi pendidikan baik melalui jalan ceritanya maupun gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh pelakunya. Fungsi dialog yang paling menonjol adalah dialog-dialog yang membedakan misalnya antara juragan dengan para abdinya. Di dalam percakapan biasanya menggunakan tingkatan bahasa ngoko dan para abdinya menggunakan bahasa karma. Disinilah dapat dipetik bahwa di dalam pembicaraan dengan siapapun hendaknya selalu tanggap dengan kedudukan masing-masing.
Disamping fungsi pendidikan dilihat dari tutur kata berbahasa, juga dapat dilihat dari jalan ceritanya. Cerita yang ditampilkan oleh kethoprak (Balekambang-Surakarta) ternyata juga sering menampilkan cerita-cerita yang berasal dari cerita wayang, hanya kadang ditambah bahkan dirubah sedikit. Misalnya, cerita Cupu Manik yang merupakan cerita wayang yang ditampilkan dalam bentuk kethoprak. Kethoprak sering menyampaikan pesan terhadap penontonnya. Oleh karena itu, sekarang tinggal penontonnya bagaimana mencerna dan menyerap jalannya cerita dari sisi baik dan buruknya, dan akhirnya berguna dalam hidupnya. Fungsi pendidikan dapat diambil manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari misalnya juga nilai kerukunan keluarga Pandawa yang bisa diterapkan dalam keluarga.
3.      Ketoprak, media penerangan sebagai media kritik sosial
Dalam masa pembangunan seperti ini, seni pertunjukan kethoprakcukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, khususnya bagi masyarakat pedesaan atau masyarakt secara umum. Pesan yang ingin disampaikan sebagai contoh penampilan tokoh-tokoh para abdi/pembantu pada pertunjukan kethoprak. Mereka inilah yang menggambarkan figure-figur rakyat, sehingga bila kritik-kritik social atau media penerangan disampaikan melalui mereka.
Pesan-pesan pembangunan yang ingin disampaikan bisa dari berbagai topic sesuai dengan keinginannya. Misalnya topic tentang kebersamaan, kesetiaan, kepatuhan, bahkan dapat pula berupa kritikan social yang cenderung sering dilakukan oleh masyarakat masa kini. Misalnya issue akhir-akhir ini tentang masalah penegakan hokum, pemberantasan KKN dan sebagainya.
Di samping itu dilihat dari tontonan yang dapat menyampaikan pesan-pesan niali, moral, pembangunan dan kritik sosial yang disampaikan lewat kesenian tradisional kethoprak. Pertunjukan seni tradisional kethoprak di pedesaan juga berfungsi untuk menyebarkan informasi. Disini penonton dapat bertukar pikiran, dapat memperoleh informasi. Media pertunjukan seperti ketoprak sangat tepat untuk penyampaian kritik sosial. Karena kebanyakan masyarakat menganut paham paternalistik tentu sangat tabu apabila mengkritik secara langsung apalagi yang dikritik adalah pimpinan. Mengkritik dengan cara menyindir melalui tokoh-tokoh yang diperankan atau dialog-dialognya.
4.      Ketoprak sebagai hiburan atau tontonan
Fungsi ketoprak juga sebagai sarana hiburan atau tontonan. Kebanyakan orang menonton seni pertunjukan ketoprak bertujuan untuk mencari hiburan., melepas lelah, menghilangkan stress, dan bersantai ria. Kethoprak sebagai sarana hiburan biasanya pertunjukan begitu lepas dan tidak dengan pelaksanaan upacara ritual.
Sebagai contoh untuk memperingati hari kelahiran seseorang ditampilkan cerita seperti gatotkaca, lahirnya Parikesit, lahirnya Wisanggeni. Untuk memperingati hari perkawinan mengambil cerita perkawinan Abimanyu, Rabinipun Arjuna.
Kethoprak disamping sebagai media hiburan karena kesenangannya akan seni pertunjukan tradisional, dengan melihat tontonan ini secara tidak langsung penonton diajak untuk mengerti maupun memahami sejarah yang disampaikan melalui jalan ceritanya.

D.    Drama Modern
Drama modern adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari. Yang termasuk dalam drama modern antara lain sinetron, film, dll. Contoh untuk drama anaknya: Buku Harian Baim, Petualangan Sherina, dll.

E.     Unsur-unsur Drama
Unsur-unsur dalam drama meliputi :
1.      Tema : gagasan/ide/dasar cerita.
2.      Alur : tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi Pemaparan, pertikaian, penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara menyusun : alur maju/lurus, alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan.
3.      Tokoh : Pemain/orang yang berperan dalam cerita.
Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis
Tokoh dilihat dari perkembangan watak : tokoh bulat dan tokoh datar.
Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan tokoh bawahan (sampingan).
4.      Latar : bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian ketikatokoh  mengalami peristiwa
Latar terbagi dalam :
-          Latar sosial    : latar yang berupa, waktu, suasana,  masa, bahasa.
-          Latar fisik     : latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah, ruang tamu, dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju.
5.      Amanat : pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita.

F.     Kelengkapan Drama
1.      Naskah drama : skrip yang dijadikan panduan pemain sebelum pentas.
2.      Penulis naskah : orang yang menulis skenario dan dialog dalam bentuk jadi naskah drama.
3.      Sutradara : orang yang memimpin atau yang mengatur suatu kelompok drama.
4.      Pemain : orang yang berperan melakonkan cerita.
5.      Lighting : pengatur cahaya dalam pementasan.
6.      Tata busana/make up : bagian kelengkapan drama yang bertugas merias dan memakaian propertis pakaian.
7.      Tata suara : pengatur suara untuk memunculkan efek tertentu dalam pementasan.
8.      Tata panggung : kelengkapan drama yang mengatur latar setiap adegan.
9.      Panggung : tempat bagi pemain untuk melakonkan cerita.

G.    Akting Yang Baik
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak. Dialog yang baik ialah dialog yang :
1.      Terdengar (volume baik)
Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh.
2.      Jelas (artikulasi baik)
Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata‑kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
3.      Dimengerti (lafal benar)
Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti “tidak takut” harus diucapkan berani bukan ber‑ani.
4.      Menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah.
5.      Gerak yang baik.
6.      Terlihat (blocking baik)
Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi. Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung.
7.      Jelas (tidak ragu‑ragu, meyakinkan)
Jelas, tidak ragu‑ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah‑setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu‑ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting.
8.      Dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
9.      Menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Menghayati berarti gerak‑gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.

H.    Manfaat Drama
Banyak hal yang dapat kita raih dalam bermain drama, baik fisik maupun psikis. Pembicaraan ini tidak akan memisahkan secara rinci antara bermain drama dan teater, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Manfaat bermain drama antara lain:
a.       Meningkatkan pemahaman
Meningkatkan pemahaman kita terhadap fenomena dan kejadian-kejadian yang sering kita saksikan dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita menyadari bahwa memahami orang lain merupakan pekerjaan yang paling sulit dan membutuhkan waktu. Untuk itu drama/teater merupakan salah satu cara untuk memecahkannya. Dengan bermain drama atau berteater kita selalu berkumpul dengan orang-orang yang sama sekali berbeda dengan diri kita. Dari segi individual differences inilah kita dituntut untuk memahami orang lain. Pemahaman kita kepada orang lain tidak hanya dilihat dari orangnya, melainkan keseluruhan orang tersebut. Meliputi sifat, watak, cara berbicara, cara bertindak (tingkah laku), cara merespon suatu masalah, merupakan keadaan yang harus kita pahami dari orang tersebut.

b.      Mempertajam kepekaan emosi
Drama melatih kita untuk menahan rasa, melatih kepekaan  rasa, menumbuhkan kepekaan, dan mempertajam emosi kita. Rasa kadang kala tidak perlu dirasakan, karena sudah ada dalam diri kita. Perlu diingat bahwa rasa, sebagai sesuatu yang khas, perlu dipupuk agar semakin tajam. Apa yang ada dihadapan kita perlu adanya rasa. Kalau tidak, maka segala sesuatu yang ada akan kita anggap wajar saja. Padahal sebenarnya tidak demikian. Kita semakin peka terhadap sesuatu tentu saja melalui latihan yang lebih. Rasa indah, seimbang, tidak cocok, tidak asyik, tidak mesra adalah bagian dari emosi. Oleh karena itu, perasaan perlu ditingkatkan untuk mencapai kepuasan batin.
Drama menyajikan semua itu. Peka panggung, peka kesalahan, peka keindahan, peka suara atau musik, peka lakuan yang tidak enak dan enak, semua berasal dari rasa. Semakin kita perasa semakin halus pula tanggapan kita terhadap sesuatu yang kita hadapi.
c.       Pengembangan ujar
Naskah drama sebagai genre sastra, hampir seluruhnya berisi cakapan. Cakapan secara tepat, intonasi, maka ujar kita semakin jelas dan mudah dipahami oleh lawan bicara. Kejelasan tersebut dapat membantu pendengar untuk mencerna makna yang ada. Harus ada kata yang ditekankan supaya memudahkan pemaknaan. Dimana kita memberi koma (,) dan titik (.). hampir keseluruhan konjungsi harus diperhatikan selam kita berlatih membaca dalam bermain drama. Suara yang tidak jelas dapat berpengaruh pada pendengar dan lebih-lebih pemaknaan pendengar atau penonton. Di sini perlu adanya  kekuatan vokal dan warna vokal yang berbeda dalam setiap situasi. Tidak semua situasi memerlukan vokal yang sama. Tidak semua kalimat harus ditekan melainkan pasti ada yang dipentingkan. Drama memberi semua kemungkinan ini. Sebagai salah satu karya sastra yang harus dipentaskan dan berisi lakuan serta ucapan.
d.      Apresiasi dramatik.
Apresiasi dramatik dikatakan sebagai pemahaman drama. Realisasi pemahaman ini adalah dengan pernyataan baik dan tidak baik. Kita bisa memberi pernyataan tersebut jika kita tidak pernah mengenal drama. Semakin sering kita menonton pementasan drama semakin luas pula pemahaman kita terhadap drama atau teater. Karena itulah, kita dituntut untuk lebih meningkatkan kecintaan kita terhadap drama. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh wawasan dramatik yang lebih baik.
e.       Pembentukan Postur Tubuh
Postur berkaitan erat dengan latihan bermain drama, latihan ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu dasar dan lanjut. Yang termasuk latihan dasar ini adalah latihan vokal dan latihan olah tubuh. Yang terkait dengan postur adalah olah tubuh. Kelenturan tubuh diperlukan dalam bermain drama, sebab bermain drama memerlukan gerak-gerik. Gerak-gerik inilah yang nantinya dapat membentuk postur tubuh kita sedemikian rupa.
f.       Berkelompok (Bersosialisasi)
Bermain drama tidak mungkin dilaksanakan sendirian, kecuali monoplay. Bermain drama, secara umum, dilakukan secara berkelompok atau group. Betapa sulitnya mengatur kelompok sudah kita pahami bersama, bagaimana kita bisa hidup secara berkelompok adalah bergantung pada diri kita sendiri.
Masing-masing orang dalam kelompok drama memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama. Tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang, semuanya sama rendah dan sama tinggi, sama-sama penting. Untuk itu, drama selalu menekankan pada sikap pemahaman kepada orang lain  dan lingkungannya.
Kelompok drama harus merupakan satu kesatuan  yang utuh. Semua unsur dalam drama tidak ada yang tidak penting, melainkan semuanya penting. Rasa kebersamaan, memiliki, dan menjaga keharmonisan kelompok merupakan tanggung jawab dan tugas semua anggota kelompok itu. Bukan hanya tugas dan tanggung jawab ketua kelompok. Baik buruknya pementasan drama tidak akan dinilai dari salah seorang anggota kelompok tetapi semua orang yang terlibat dalam pementasan. Oleh karena itu, perlu adanya kekompakan, kebersamaan, dan kesatuan serta keutuhan.
g.      Menyalurkan hobi
Bermain drama dapat juga dikatakan sebagai penyalur hobi. Hobi yang berkaitan dengan sastra secara umum dan drama khususnya. Dalam drama terdapat unsur-unsur sastra. Drama sebagai seni campuran (sastra, tari, arsitektur).

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan.
Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh pelakunya adalah anak-anak. Ketoprak adalah seni pertunjukan tradisional yang dalam memainkannya diiringi dengan alat-alat musik seperti gamelan, gong, suling, dll. Drama modern adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.

Unsur – unsur Drama
a.       Tema
b.      Alur
c.       Tokoh
d.      Latar
e.       Amanat

Manfaat drama/teater :
a.       Menyalurkan hobi
b.      Berkelompok (Bersosialisasi)
c.       Pembentukan Postur Tubuh
d.      Apresiasi dramatik.
e.       Pengembangan ujar
f.       Mempertajam kepekaan emosi
g.      Meningkatkan pemahaman

B.     Saran
1.      Hendaknya sekarang ini kita harus dapat megajarkan drama kepada anak SD agar mereka dapat mengapresiasikan bakatnya.
2.      Kita sebagai generasi muda harus bisa melestarikan budaya yang ada di Indonesia seperti ketoprak. Sekarang ini ketoprak sudah mulai hilang dari tanah air, untuk itu kita harus memperjuangkan apa yang telah nenek moyang kita wariskan agar dapat menjadi suatu ciri khas dari negara Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Bandem, I Made, Prof. Dr. dan Murgiyanto, Sal, Dr. 1996. Teater Daerah Indonesia. Jogyakarta: Kanisius., Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Pt. Rineka Cipta., Nurudin. 2007. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada., Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada., Sudyarsana, Handung Kus. 1989. Ketoprak. Yogyakarta: Kanisius., Sujarno, dan Drs, dkk. 2003. Seni Pertunjukan Tradisional, Nilai, Fungsi, dan Tantangannya. Yogyakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Dari http://chikuhooku.blogspot.com/2009/04/sejarah-ketoprak.html diunduh 01 Desember 2010 10:03:43
2.      http://dramakreasi.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-drama.html diunduh 01 Desember 2010 11:45:50
3.      http://andyrezarohadyyani.wordpress.com/2010/05/06/pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-pengertian-dongeng-definisi-dakwah-pengertian-paragraf-definisi-puisi/ diunduh 01 Desember 2010 10:02:23
4.      http://xiecc0708.freeforums.org/download/file.php?id=113&sid=ab87b02dbbf3461f2a6a539ede44f76a diunduh 01 Desember 2010 9:58:43
5.      http://arterasta.co.cc/tag/drama-modern/ diunduh 01 Desember 2010 9:55:29
6.      http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-pelajaran-bahasa-indonesia diunduh 01 Desember 2010 9:33:46
7.      http://id.wikipedia.org/wiki/Ketoprak 01 Desember 2010 9:31:23
8.      http://id.wikipedia.org/wiki/Drama diunduh 01 Desember 2010 9:30:42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar